Lalat Buah Pada Cabe
Serangan lalat buah merupakan ancaman yang sangat serius bagi petani di Indonesia. Keberadaan populasi lalat buah dipengaruhi oleh faktor iklim, seperti suhu, curah hujan, kelembaban dan sinar matahari. Misalnya, pada aktivitas lalat buah seperti kawin dan peletakkan telur yang dipengaruhi oleh tingkat curah hujan (Susanto et al., 2017).
Di Indonesia, lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun 1920 (Wajo et al., 2021). Salah satu spesies hama penting yang banyak menyerang tanaman hortikultura adalah dari genus Bactrocera (Diptera: Tephridae). Tephritidae merupakan famili terbesar dari ordo diptera yang berperan sebagai salah satu hama penting karena dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi bagi petani. Salah satu spesies lalat buah yang banyak menyerang tanaman hortikultura adalah Bactrocera dorsalis (Sari et al., 2020).
Cabai merah termasuk ke dalam tanaman yang rentan terhadap hama maupun penyakit, salah satu hama yang menyerang cabai merah adalah lalat buah (Maulani, 2018).Gejala serangan pada buah yang terserang lalat buah ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor. Kerusakan pada daging buah bagian dalam tidak dapat dilihat, karena permukaan tetap mulus.Namun, apabila buah cabai dibelah, maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam, daging buah busuk, lunak dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah.
Pola aktivitas Lalat Buah
Lalat buah memiliki pola aktivitas yang lebih aktif pada pagi hari pukul 10.00-12.00 dan pada siang hari pukul 12.00-14.00 WIB pada aktivitas di jam tersebut lalat buah yang terperangkap jumlahnya lebih banyak diabanding dengan lalat buah yang terperangkap di jam yang lain (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan penelitian (kutipan 83489) bahwa pada waktu tersebut lalat buah mulai aktif dan terbang untuk mencari makan dan pasangan di tanaman cabai. Sedangkan pada pukul 06.00-08.00 WIB dan pukul 16.00-18.00 lebih sedikit ditemukan lalat buah. Hal ini erat kaitannya dengan lalat buah yang bersifat ekroterm dan suhu lingkungan sekitar. Suhu yang rendah pada pagi dan sore hari menyebabkan lebih sedikitnya proporsi lalat buah yang tertangkap.
Pengendalian Lalat Buah
Pengendalian lalat buah dapat dilakukan dengan memasang perangkap yang diberi metil eugenol untuk menarik lalat buah jantan, sehingga dapat menurunkan jumlah populasi lalat buah (Bactrocera sp.) (Suwinda et al., 2020).
Tanaman cabai yang masih sehat dan buahnya banyak menjadi tempat paling strategis untuk pemasangan perangkap metil eugenol (Koffi-Nevry et al., 2012). Pengendalian menggunakan perangkap metil eugenol ini adalah salah satu upaya yang telah berhasil dan sukses dilakukan di beberapa negara termasuk Indonesia (Jimmy et al., 2016).
Perangkap lalat buah metil eugenol diletakkan di tempat yang strategis seperti di sekitar tanaman cabai merah yang mulai berbuah, kemudian perangkap dipasang dan disesuaikan dengan arah angin (Saputra et al., 2019).
Kesimpulan
Penggunaan atraktan dalam mengendalikan lalat buah (Bactrocera dorsalis) dengan menggunakan senyawa metil eugenol sangat efektif dalam mengendalikan lalat buah jantan maupun betina (Bactrocera dorsalis) dan waktu yang tepat dalam meletakkan metil eugenol pada pagi dan sore hari. Pemasangan perangkap metil eugenol dengan dosis 1,5 ml paling efektif untuk mengendalikan lalat buah. Perangkap metil eugenol dapat memonitor atau mendeteksi populasi lalat buah pada tanaman cabai, sehingga mudah untuk menentukan waktu pengendalian yang tepat, sehingga intensitas serangan llat buah pada cabai dapat menurun.
Referensi:
Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-623-399-012-7
Penerbit:Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI)
Posting Komentar